Rating vs Kualitas

Yogyakarta – Indonesia memiliki banyak jumlah stasiun TV, terdapat 15 stasiun TV Nasional, dan puluhan stasiun lokal. Dengan banyaknya stasiun ini, pemirsa tentu tak perlu lagi dibuat kebingungan untuk memilih acara apa yang harus ia tonton. Namun dengan banyaknya stasiun TV ini, yang perlu kita garis bawahi, berapa banyak program atau tontonan yang layak tonton dan memuat nilai – nilai positif?

Pada 15 Agustu 2018, program infotaiment Insert Today yang ditayangkan oleh Trans TV mendapat teguran tertulis dari KPI. Nomor surat teguran 440/K/KPI/31.2/08/2018 yang dilayangkan KPI pada Insert tertulis jika [ada tanggal 4 Agustus 2018 pukul 17.46 WIB, Insert Today tidak memperhatikan ketentuan tentang perlindungan anak-anak dan remaja serta penggolongan program siaran sebagaimana diatur dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS) KPI Tahun 2012. Program siaran tersebut menampilkan adegan seorang pria yang bermain dengan ular yakni memasukkan tangan ke dalam mulut ular, melilitkan ular ke bagian leher, memasukkan ular ke dalam mulut, dan membiarkan ular menggigit bagian dada dan tangannya. Meskipun telah dilakukan penyamaran, namun terdapat narasi yang menjelaskan secara detail aksi tersebut.

Pelanggaran lain dilakukan oleh Pesbukers yang tayang di ANTV.  Pada 13 Maret 2019, KPI memberikan teguran tertulis dimana Program Siaran “Pesbukers” yang ditayangkan oleh stasiun ANTV pada tanggal 22 Februari 2019 pukul 17.18 WIB.

Program siaran tersebut menampilkan muatan seorang wanita (Pamela Safitri) yang menggoyangkan bagian dadanya sambil menawarkan kopi yang dikerumuni oleh beberapa orang pria. KPI Pusat menilai muatan demikian cenderung bermakna asosiatif mengarah ke bagian dada wanita tersebut. Selain itu ditemukan pula pelanggaran pada tanggal 11 Februari 2019 pukul 16.16 WIB yang menampilkan seorang pria berkata, “..saya pikir RA itu ya singkatan dari Ruben Asu..”. Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas kewajiban program siaran memperhatikan norma kesopanan dan kesusilaan yang dijunjung oleh keberagaman khalayak terkait budaya serta kewajiban program siaran melindungi kepentingan anak. 

Melihat adanya kasus ini jelas membuat ngeri terutama orang tua untuk memilih tontonan untuk anaknya. Tak hanya itu, banyak juga yang mengeluh dengan tayangan Televisi Indonesia yang dinilai tak ada perkembangan, apalagi jika melihat sinetron yang tayang. Kebanyakan ceritanya mengenai orang kaya yang jatuh cinta dengan orang miskin, atau mengenai orang ketiga yang menjadi perusak hubungan orang lain. Dengan jumlah episode yang banyak hingga mampu tayang bertahun – tahun membuat masyarakat sebagai penonton jenuh dan berpindah ke tayangan series luar negeri. Banyak oula cerita sinetron Indonesia yang memplagiat cerita series luar negeri seperti Kau yang Berasal dari Bintang dimana diduga memplagiat series You Come from the Star. Tak hanya dari sinetron saja, program lain seperti variety show maupun reality show yang kebanyakan menyadur dari acara luar negeri, seperti Mission X yang serupa dengan tayangan variety show asal negeri ginseng yaitu Running Man, ada juga I Can See Your Voice yang juga diambil dari variety show Korea dan tak ketinggalan berbagai program pencarian bakat. Hal ini tak masalah selagi tak terlibat kasus plagiat, namun bukankah sebaiknya Indonesia bisa mampu menciptakan ide program sendiri melihat banyaknya jumlah stasiun televisinya.

Mementingkan Rating Bukan Kualitas

Kebanyakan tayangan juga lebih mementingkan dari segi rating saja. Walaupun termasuk ke dalam persaingan industri, banyak stasiun televisi hanya melihat rating tapi enggan melihat kualitas programnya. Melihat peluang yang besar jika menambahkan bumbu settingan cerita atau rekayasa, banyak program yang melakukan hal ini untuk mendapat rating penonton. Karena hampir semua menggunakan sistem settingan ini, membuat masyarakat tak memiliki pilihan lain untuk menyaksikannya.

Kurangnya Program Anak

Dahulu saat penulis masih kecil, banyak pilihan yang ada untuk menyaksikan tayangan yang sesuai dengan usia penulis. Makin kurangnya tayangan-tayangan yang mendidik membuat anak-anak Indonesia kini seakan kehilangan arah. Televisi sebagai lembaga publik punya tanggung jawab yang besar buat melakukan pendidikan dengan cara memberikan tayangan-tayangan edukasi buat anak-anak Indonesia. Ini agar mereka bisa belajar selain belajar dari lembaga formal seperti pendidikan.

Membentuk Forum Masyarakat Peduli Penyiaran

Melihat fenomena saat ini, dimana siaran televisi di Indonesia penuh dengan hiburan berselera rendah, informasi bombastis dan materi pendidikan yang salah kaprah. Masih sangat kecil upaya meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap isi siaran yang bermutu.
Kondisi demikian, perlu digagas pembentukan forum masyarakat peduli penyiaran dengan mewujudkan masyarakat kritis untuk penyiaran sehat dan bermartabat. Dengan adanya forum ini, diharapkan mampu menambah kualitas tayangan yang ada di Indonesia demi kepentingan generasi selanjutnya. (Nur Febriana/01716143775)

Leave a comment